Kedua pertanyaan itu dijamin akan menggelitik pembaca tetralogi Laskar Pelangi, khususnya setelah pembaca tersebut tahu bahwa tetralogi tersebut didasarkan–menurut publisis tetralogi tersebut dan Andrea Hirata sendiri–pada kisah nyata dalam hidup penulisnya.
Saya pernah mendengar kabar bahwa salah seorang anggota dari Laskar Pelangi bilang bahwa tokoh yang seperti Lintang itu sebenarnya tidak ada dalam kehidupan masa kecil mereka. Seingat mereka, tokoh yang memiliki kecerdasan serupa Lintang di tetralogi tersebut adalah Andrea Hirata sendiri–dan tentunya si “Lintang” tidak hadiri dalam setiap penampilan bersama para mantan eksponen Laskar Pelangi.
Begitu juga dengan tokoh Arai yang tidak juga pernah muncul, dan kita hanya tahu “keberadaannya” dari pernyataan Andrea Hirata sendiri bahwa tokoh Arai itu saat ini masih ada tapi tidak mau ditunjukkan identitasnya. Pembaca curiga tentang “kebenaradaan” Arai ini karena sedikit pun si Arai ini tidak disinggung dalam cicilan pertama tetralogi ini, dan baru ada–dan langsung menjadi bintang–pada cicilan kedua, yaitu Sang Pemimpi.
Nah, saya mengajak para pembaca budiman sekalian untuk sedikit melupakan kekisahnyataan tetralogi ini–oh ya, ada tokoh penerbitan Indonesia yang menyebut tetralogi ini sebagai literary non-fiction. Saya ingin menawarkan sedikit saja unek-unek terkait tetralogi tersebut sepembacaan saya.
Bagi saya, Arai dan Lintang adalah tokoh yang menonjol dalam sebuah tetralogi yang spesiesnya bisa novel bisa juga creative non-fiction. Kehadiran mereka berdua berfungsi sebagai “tokoh kita” bagi para tokoh lain di kisah tersebut, sekaligus bagi pembaca. Kedua tokoh ini membuat kisah semakin rapat dengan cara menjadi benar merah yang … mengikat. Lintang mengikat cita-cita pendidikan anak-anak SD Muhammadiyah, berjuang mulai dari adegan pendaftaran, kesulitan sekolah karena harus membantu orang tua, hingga akhirnya mewujudkan kemenangan mereka di lomba cerdas cermat.
Sementara itu, Arai adalah tokoh kuat yang selalu menyemangati, membimbing, dan menjaga narator agar terus bertahan hingga akhirnya mimpi mereka terraih. Dia bertugas memberi satu kalimat lecut “Bermimpilah karena Tuhan akan merengkuh mimpi-mimpi kita” dan melindungi si narator dengan segenap kecerdasannya. Dia juga menjadi penyeimbang si narator melalui kegemarannya atas The Doors (yang bisa dibilang berseberangan dengan “Kak Rhoma”), dia menyenangi pengetahuan-pengetahuan biologi mendasar yang terbukti berhasil menyelamatkan Ikal (sementara Ikal dipatok sebagai penyuka sejarah dan sastra), dst.
Terus, terkait dengan ucapan salah seorang mantan eksponen Laskar Pelangi yang bilang bahwa “Lintang” itu sebenarnya ya Andrea Hirata sendiri, saya juga ingin urun ide: Andrea Hirata mengeluarkan sisi-sisi “sempurnanya” untuk dijadikan Lintang, yang membuat kisah ini–kalaupun benar-benar berdasarkan kisah nyata–tidak tampak terlalu mengunggulkan si narator atau penulis, meskipun memang unggul. Dia adalah sisi sempurna Andrea yang dikeluarkan sejenak. Sementara itu, Andrea Hirata cukup puas menampilkan diri dalam sosok Ikal, yang bisa dibilang semi-alter ego-nya.
Karena itulah, setelah Laskar Pelangi usai, dan Andrea Hirata sudah memutuskan “menyisihkan” Lintang dengan cara membuatnya tidak dapat melanjutkan sekolah dan ujung-ujungnya menjadi sopir truk, Andrea Hirata harus menemukan wujud baru untuk sisi “sempurna”nya itu. Di situlah hadir tokoh Arai. (Dan, ehem, “arai” sendiri agak mirip dengan kata “array” dalam bahasa Inggris yang bisa berarti “An orderly arrangement” atau “An impressive display” atau “Especially fine or decorative clothing,” atau kalau masih kurang lagi bisa juga berarti … “An arrangement of aerials spaced to give desired directional characteristics.” Begitulah, saya curiga bahwa si Arai nan cool ini adalah kumpulan sifat yang baik-baik dari si Andrea Hirata )
Arai sendiri sebagai seorang tokoh tunggal sangatlah “mencurigakan” menurut saya, karena dia begitu menyerupai Andrea Hirata (bukan Ikal!). Arai adalah seorang mahasiswa ilmu Biologi, begitu menggemari Harun Yahya, dan berhasil menyelamatkan Ikal dengan pengetahuan Biologinya itu. Dan, semoga Anda tidak lupa bahwa Andrea Hirata banyak memamerkan nama-nama Latin tanaman dalam cicilan pertama, Laskar Pelangi, yang saking banyaknya sampai-sampai banyak menukai kritik (mungkin dari orang-orang yang, ehem-ehem, iri karena cintanya kepada Biologi tidak sebesar cintanya Andrea Hirata ). Dan hal ini semakin ganjil ketika pada Sang Pemimpi, tebaran nama-nama Latin itu tidak sekerap pada cicilan pertama.
Akhirul investigasi, saya ingin berterima kasih kepada Andrea Hirata yang berhasil menyajikan ke meja saya bacaan yang sangat bisa dinikmati, mengetuk-ngetuk emosi, menyentil-nyentil pengetahuan sejarah saya yang cethek, dan memperkenalkan geografi Eropa (yang tentunya tidak saya akrabi). Mungkin, tanpa keberhasilan Andrea Hirata menyajikan bacaan yang sangat nikmat ini, saya tidak akan sampai tergelitik untuk menginvestigasi secara sok strukturalis (:D)ke hal-hal yang menggelitik saya ini. Dan, ya, saya sendiri tidak tertarik menuntut Andrea Hirata memberikan pernyataan apakah kisah ini fiksa (:fakta) atau fiksi. Mungkin saya sendiri akan memutuskan nanti akan menyebut tetraloginya ini fakta atau fiksi. Sejauh ini sih saya menganggapnya fiksi, dan tunggulah alasannya kenapa saya menyebutnya demikian (sekaligus saya akan menyodorkan hasil investigasi saya atas misteri kata “Edensor”).
P.S. Berita Acara Pemeriksaan Arai dan Lintang ini sudah disampaikan di situs saya http://berbagi-mimpi.info (silakan mampir ke sana kalau ada waktu, cari-cari yang lain lah :D)
Saya pernah mendengar kabar bahwa salah seorang anggota dari Laskar Pelangi bilang bahwa tokoh yang seperti Lintang itu sebenarnya tidak ada dalam kehidupan masa kecil mereka. Seingat mereka, tokoh yang memiliki kecerdasan serupa Lintang di tetralogi tersebut adalah Andrea Hirata sendiri–dan tentunya si “Lintang” tidak hadiri dalam setiap penampilan bersama para mantan eksponen Laskar Pelangi.
Begitu juga dengan tokoh Arai yang tidak juga pernah muncul, dan kita hanya tahu “keberadaannya” dari pernyataan Andrea Hirata sendiri bahwa tokoh Arai itu saat ini masih ada tapi tidak mau ditunjukkan identitasnya. Pembaca curiga tentang “kebenaradaan” Arai ini karena sedikit pun si Arai ini tidak disinggung dalam cicilan pertama tetralogi ini, dan baru ada–dan langsung menjadi bintang–pada cicilan kedua, yaitu Sang Pemimpi.
Nah, saya mengajak para pembaca budiman sekalian untuk sedikit melupakan kekisahnyataan tetralogi ini–oh ya, ada tokoh penerbitan Indonesia yang menyebut tetralogi ini sebagai literary non-fiction. Saya ingin menawarkan sedikit saja unek-unek terkait tetralogi tersebut sepembacaan saya.
Bagi saya, Arai dan Lintang adalah tokoh yang menonjol dalam sebuah tetralogi yang spesiesnya bisa novel bisa juga creative non-fiction. Kehadiran mereka berdua berfungsi sebagai “tokoh kita” bagi para tokoh lain di kisah tersebut, sekaligus bagi pembaca. Kedua tokoh ini membuat kisah semakin rapat dengan cara menjadi benar merah yang … mengikat. Lintang mengikat cita-cita pendidikan anak-anak SD Muhammadiyah, berjuang mulai dari adegan pendaftaran, kesulitan sekolah karena harus membantu orang tua, hingga akhirnya mewujudkan kemenangan mereka di lomba cerdas cermat.
Sementara itu, Arai adalah tokoh kuat yang selalu menyemangati, membimbing, dan menjaga narator agar terus bertahan hingga akhirnya mimpi mereka terraih. Dia bertugas memberi satu kalimat lecut “Bermimpilah karena Tuhan akan merengkuh mimpi-mimpi kita” dan melindungi si narator dengan segenap kecerdasannya. Dia juga menjadi penyeimbang si narator melalui kegemarannya atas The Doors (yang bisa dibilang berseberangan dengan “Kak Rhoma”), dia menyenangi pengetahuan-pengetahuan biologi mendasar yang terbukti berhasil menyelamatkan Ikal (sementara Ikal dipatok sebagai penyuka sejarah dan sastra), dst.
Terus, terkait dengan ucapan salah seorang mantan eksponen Laskar Pelangi yang bilang bahwa “Lintang” itu sebenarnya ya Andrea Hirata sendiri, saya juga ingin urun ide: Andrea Hirata mengeluarkan sisi-sisi “sempurnanya” untuk dijadikan Lintang, yang membuat kisah ini–kalaupun benar-benar berdasarkan kisah nyata–tidak tampak terlalu mengunggulkan si narator atau penulis, meskipun memang unggul. Dia adalah sisi sempurna Andrea yang dikeluarkan sejenak. Sementara itu, Andrea Hirata cukup puas menampilkan diri dalam sosok Ikal, yang bisa dibilang semi-alter ego-nya.
Karena itulah, setelah Laskar Pelangi usai, dan Andrea Hirata sudah memutuskan “menyisihkan” Lintang dengan cara membuatnya tidak dapat melanjutkan sekolah dan ujung-ujungnya menjadi sopir truk, Andrea Hirata harus menemukan wujud baru untuk sisi “sempurna”nya itu. Di situlah hadir tokoh Arai. (Dan, ehem, “arai” sendiri agak mirip dengan kata “array” dalam bahasa Inggris yang bisa berarti “An orderly arrangement” atau “An impressive display” atau “Especially fine or decorative clothing,” atau kalau masih kurang lagi bisa juga berarti … “An arrangement of aerials spaced to give desired directional characteristics.” Begitulah, saya curiga bahwa si Arai nan cool ini adalah kumpulan sifat yang baik-baik dari si Andrea Hirata )
Arai sendiri sebagai seorang tokoh tunggal sangatlah “mencurigakan” menurut saya, karena dia begitu menyerupai Andrea Hirata (bukan Ikal!). Arai adalah seorang mahasiswa ilmu Biologi, begitu menggemari Harun Yahya, dan berhasil menyelamatkan Ikal dengan pengetahuan Biologinya itu. Dan, semoga Anda tidak lupa bahwa Andrea Hirata banyak memamerkan nama-nama Latin tanaman dalam cicilan pertama, Laskar Pelangi, yang saking banyaknya sampai-sampai banyak menukai kritik (mungkin dari orang-orang yang, ehem-ehem, iri karena cintanya kepada Biologi tidak sebesar cintanya Andrea Hirata ). Dan hal ini semakin ganjil ketika pada Sang Pemimpi, tebaran nama-nama Latin itu tidak sekerap pada cicilan pertama.
Akhirul investigasi, saya ingin berterima kasih kepada Andrea Hirata yang berhasil menyajikan ke meja saya bacaan yang sangat bisa dinikmati, mengetuk-ngetuk emosi, menyentil-nyentil pengetahuan sejarah saya yang cethek, dan memperkenalkan geografi Eropa (yang tentunya tidak saya akrabi). Mungkin, tanpa keberhasilan Andrea Hirata menyajikan bacaan yang sangat nikmat ini, saya tidak akan sampai tergelitik untuk menginvestigasi secara sok strukturalis (:D)ke hal-hal yang menggelitik saya ini. Dan, ya, saya sendiri tidak tertarik menuntut Andrea Hirata memberikan pernyataan apakah kisah ini fiksa (:fakta) atau fiksi. Mungkin saya sendiri akan memutuskan nanti akan menyebut tetraloginya ini fakta atau fiksi. Sejauh ini sih saya menganggapnya fiksi, dan tunggulah alasannya kenapa saya menyebutnya demikian (sekaligus saya akan menyodorkan hasil investigasi saya atas misteri kata “Edensor”).
P.S. Berita Acara Pemeriksaan Arai dan Lintang ini sudah disampaikan di situs saya http://berbagi-mimpi.info (silakan mampir ke sana kalau ada waktu, cari-cari yang lain lah :D)