Dua malam lalu, secara tidak sengaja ketika iseng-iseng memainkan remote control memindah-mindahkan channel TV, tiba-tiba secara sekilas saya melihat bangunan pura khas Bali. Akhirnya saya berhenti di channel tersebut, dan ternyata memang lokasi shooting acara tersebut di Pulau Bali.
Walaupun tidak sepenuhnya paham karena menggunakan bahasa Jepang, tapi dari video yang ditayangkan saya bisa menyimak acara tersebut tentang pengalaman seorang Nihon Jin yang berkunjung ke Indonesia, tepatnya ke Bali.
Di Bali dia kaget melihat ada batang Pohon Pinang yang ditanam dan di puncak batang tersebut diletakkan macam-macam barang, mulai dari Jitensa (sepeda), Terebi (TV), Rice Cooker, DVD Player, kipas angin, ayam hidup hehehe, pakaian, kutang, dll. Lalu setelah dijelaskan itu karena ada yang punya hajat bikin acara, dan barang-barang di puncak batang tersebut bisa dimiliki oleh yang berhasil memanjat sampai ke puncak tiang tersebut. Lalu ketika dia mencoba memanjat, dia kaget ternyata batangnya licin karena telah dilumuri minyak. Dia merasa yakin, tidak akan ada yang bisa berhasil naik sampai ke puncak batang tersebut.Tidak terpikir olehnya bahwa dengan berkelompok, saling menopang dan membantu sesama anggota kelompok untuk sampai ke puncak, batang itu bisa ditaklukkan.Hal itu baru terpikirkan olehnya setelah dijelaskan oleh salah satu penduduk lokal, dan karena dia tidak tahu bahwa aturan mainnya juga membolehkan untuk berkelompok, tidak harus sendiri-sendiri.
Sampai di sini, saya sempat berpikir, kenapa dalam urusan permainan seperti itu, kita bisa berpikiran untuk mengnadalkan kerja sama, saling membantu, tidak saling menjatuhkan dan melorotin orang lain, tapi dalam kehidupan sehari-hari yang terlihat justru semnagat persaingan dan saling menjatuhkan, menjelekkan sesama calon pemimpin, yang sangat intens terlihat selama masa-masa menjelang PEMILU yang lalu.Semua mengaku ingin memajukan bangsa dan negara, tapi kenapa kalau semua ingin memajukan bangsa dan demi kepentingan bangsa, yang terlihat kok malah kepentingan pribadi, kelompok, partai. Kalau semua ingin memajukan bangsa dan negara, bukankah lebih baik bekerja sama, saling mendukung, bukan merongrong.Tidak harus menjadi presiden atau anggota DPR untuk bisa berkarya demi bangsa dan negara.Yang terlihat justru mental kepiting dalam keranjang. Bila ada satu kepiting yang berada di mulut keranjang dan siap untuk keluar dari keranjang justru kepiting-kepiting di bawahnya menariknya turun lagi ke dasar keranjang. Bukannya membiarkan si kepiting yang paling atas keluar dulu dan membantu kepiting lainnya untuk keluar, dan kepiting-kepiting lain sabar menunggu giliran. Mental TIJI TIBEH…, MATI SIJI MATI KABEH, lebih baik semuanya gagal. Mungkin mental seperti ini juga yang membuat prestasi olah raga kita, khususnya olah raga beregu (sepak bola, dll) tidak pernah lebih baik dari pada olah raga individual (bulu tangkis), karena kita tidak terbiasa bekerja sama.
Sementara, bagi si orang Jepang, justru dalam permainan itu dia tidak sempat berpikir tentang kemungkinan kerjasama untuk bisa mencapai puncak batang itu, padahal dalam kehidupan sehari-hari, orang Jepang terkenal sebagai bangsa yang sangat mengedepankan semangat kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam huruf kanji, orang (hito) disimbolkan dengan dua buah stroke (garis) yang saling menopang. Makna simbol tersebut adalah manusia tidak bisa hidup sendiri, tidak bisa berdiri sendiri, harus saling menopang.
Rahasia sukses orang Jepang salah satunya adalah budaya kerjasama, sehingga ada cerita bahwa 1 orang ilmuwan Jepang bisa dikalahkan oleh 1 orang ilmuwan Amerika. Tapi bila 10 orang ilmuwan Jepang bekerjasama, maka bisa mengalahkan 10 orang ilmuwan Amerika, karena kerjasama mereka menciptakan sinergi.
Lanjut ke cerita tentang si turis Jepang yang sedang berkunjung ke Bali.Setelah mengetahui rahasia untuk bisa mencapai puncak batang tersebut, akhirnya dia bergbung dengan salah satu kelompok. Sebelumnya dia latihan dulu bersama kelompoknya, dan dia diberi kehormatan untuk berada di posisi paling atas, yaitu berdiri di pundak orang yang persisi berada di bawahnya, dan orang yang berada di bawahnya berdiri di pundak orang yang paling bawahnya lagi.
Setelah latihan, dia optimis bisa meraih beberapa hadiah yang ada di puncak batang tersebut. Targetnya adalah TV. Lalu ketika lomba akan dimulai, karena ada 6 kelompok yang ikut, dilakukan pengundian nomor untuk menentukan urutan kelompok mana yang mendapatkan kesempatan pertama, berturut-turut dari pemanjat pertama sampai pemanjat keenam. Oleh kelompoknya, si turis Jepang ini diberi kepercayaan untuk mengambil nomor, ternyata dia mendapat nomor 6, berarti kelompoknya mendapat giliran terakhir.
Yang bikin saya menonton sambil tertawa terbahak-bahak adalah waktu giliran kelompok urutan pertama sampai kedua, TV yang jadi target si turis Jepang belum tersentuh, si turis Jepang masih semangat, tapi begitu kelompok ke tiga sukses meraih TV, si turis Jepang teriak-teriak seperti anak kecil..terebi….terbebi…terebi. Wakakakak. Akhirnya targetnya diturunkan menajdi DVD player. Lalu ketika kelompok berikutnya sukses meraih DVD player, si turis Jepang teriak-teriak lagi DVD…DVD…DVD dengan ekspresi yang kocak banget, sampai saya gak tahan nahan ketawa hahahahaha. Kelompok berikutnya bisa naik sampai ke ujung batang dan berhasil menurunkan sepeda, yang memang bukan target si turis Jepang. Akhirnya ketika tiba giliran kelompok si turis Jepang, dia berhasil naik ke pundak teman kelompoknya, tapi dia tidak berhasil meraih rice cooker yang tergantung di puncak batang. Tangannya menggapai-gapai tapi rice cooker tetap tak teraih hehehe, sampai akhirnya dia melorot turun tanpa hasil hehehe…
Reality show yang benar-benar menghibur.