KETIKA beberapa bulan yang lalu datang seorang ulama dari Turki ke mesjid kami di Niigata, beliau bercerita bahwa orang Jepang itu sudah separuh muslim. Alasannya, karena mereka sudah biasa berbungkuk-bungkuk untuk menghormat orang lain. Cara bungkuknya, sudah seperti orang mau rukuk pada saat melakukan sholat. Waktu itu kami yang hadir tersenyum-senyum.
Ucapan ulama tersebut kembali terlintas waktu berada di perpustakaan kampus. Salah seorang pegawai perpustakaan, sepertinya setingkat manajer, menyedot debu di rak-rak buku yang ada di perpustakaan. Tidak seperti di Indonesia, di Jepang, seorang manajer sekalipun tidak canggung untuk melakukan pekerjaan seperti itu. Sering pada saat kebetulan sedang lewat depan kantor pos samping kampus, sang manager yang berdasi sedang menyapu halaman depan kantor pos. Ini mengingatkan kita terhadap teladan nabi besar kita Muhammad SAW yang tidak sungkan-sungkan untuk melakukan pekerjaan yang sering dianggap remeh dan tidak patut dilakukan oleh seorang yang berkedudukan tinggi. Pada waktu hijrah ke Medinnah, beliau ikut serta menjadi “tukang” membangun mesjid pertama di kota itu. Beliau juga turun tangan langsung ketika harus menggali parit pada saat perang khandaq.
Jepang juga terkenal dengan displin waktunya. Jadwal kereta, kalau tidak ada keadaan darurat, sangat tepat, batas toleransi tidak lebih dari 1-2 menit saja. Masih dari pengalaman di kantor pos yang sama, jadwal kerja mereka yang pukul 10, kira-kira 10-15 menit sebelumnya mereka sudah siap. Walaupun mereka sudah siap dan sudah banyak calon tamu yang menunggu di depan, namun pelayanan baru benar-benar dibuka jam 10 tepat.
Pernah juga waktu mau beli alat elektronik di Akihabara (pusat elektronik di Jepang), waktu itu jam 10 kurang 5 menit. Toko sudah mulai dibuka. Karena ada alat yang hendak dibeli, bertanyalah saya pada penjual. Apa jawabnya? Nanti saja, kami baru buka pelayanan jam 10 tepat. Kalau di Indonesia pasti sudah jadi penglaris.
Orang Jepang juga masih banyak yang tingkat kejujurannya tinggi. Saya pernah kehilangan dompet. Waktu itu pulang dari kampus menuju rumah, tanpa terasa dompet jatuh dan baru sadar begitu sampai di rumah. Terpaksa menyusuri lagi jalan dari rumah – kampus untuk mencari dompet tersebut yang akhirnya tidak ketemu. Pasrah. Kira-kira tiga jam setelah kejadian, ada telpon dari kantor polisi. Mereka bilang kalau dompet ditemukan oleh sesorang dan sekarang ada di kantor polisi. Luar biasa. Jadi teringat pengalaman beberapa orang teman yang mempunyai pengalaman serupa.
Menghormati orang lain atau orang yang lebih senior juga berlaku di Jepang. Di kendaraan umum, pasti disediakan tempat duduk khusus untuk orang-orang tua. Tidak perduli apapun statusnya, melihat orang yang lebih tua, biasanya mereka sangat hormat. Waktu mengikuti study tour di kampus, setelah acara selesai dan hendak keluar dari bus, satu per satu mahasiswa mengucapkan terima kasih kepada sang supir. Pernah juga waktu naik bus umum, ada satu orang ibu-ibu tua yang ketinggalan karena terlambat dari jadwal yang sudah ditentukan di halte bus. Waktu itu bus sudah separuh jalan dan terpaksa berhenti karena ibu itu sudah berusaha berlari-lari mengejar bus. Begitu masuk ke dalam bus, sang ibu minta maaf di depan bus kepada semua penumpang, sambil membungkukkan badan sampai separuh badan (ini cara bungkuk untuk meminta maaf)
Kota-kota di Jepang juga sangat bersih. Kesadaran masyarakat akan kebersihan sangat tinggi. Buang sampah pada tempatnya sesuai dengan tempat serta jadwal pembuangan yang telah ditentukan. Bukankah kebersihan sebagian dari iman? Sifat-sifat Islami orang Jepang ini sejatinya harus dimiliki oleh kaum muslim.
Ternyata cerita ulama dari Turki di awal tulisan ini banyak benarnya. Selain dari sekedar membungkuk, mereka juga punya banyak nilai-nilai Islami yang sungguh-sungguh dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau saja orang-orang Jepang memeluk agama Islam, maka boleh dibilang mereka akan menjadi contoh yang sangat baik bagi pemeluk Islam di dunia.
Bayangkan:?mereka sudah berbondong-bondong ke mesjid/mushola 5-10 menit sebelum adzhan berkumandang, pembayaran zakat akan sangat dipatuhi, alim ulama akan dihormati, mesjid akan sangat rapi dan bersih
Dengan sifatnya yang universal, mungkin agama Islam akan lebih mudah diterima oleh orang-orang Jepang. Dan pada prakteknya, sifat dan karakter orang Jepang lebih Islami daripada masyarakat muslim di Indonesia.
____________
Frans
Ucapan ulama tersebut kembali terlintas waktu berada di perpustakaan kampus. Salah seorang pegawai perpustakaan, sepertinya setingkat manajer, menyedot debu di rak-rak buku yang ada di perpustakaan. Tidak seperti di Indonesia, di Jepang, seorang manajer sekalipun tidak canggung untuk melakukan pekerjaan seperti itu. Sering pada saat kebetulan sedang lewat depan kantor pos samping kampus, sang manager yang berdasi sedang menyapu halaman depan kantor pos. Ini mengingatkan kita terhadap teladan nabi besar kita Muhammad SAW yang tidak sungkan-sungkan untuk melakukan pekerjaan yang sering dianggap remeh dan tidak patut dilakukan oleh seorang yang berkedudukan tinggi. Pada waktu hijrah ke Medinnah, beliau ikut serta menjadi “tukang” membangun mesjid pertama di kota itu. Beliau juga turun tangan langsung ketika harus menggali parit pada saat perang khandaq.
Jepang juga terkenal dengan displin waktunya. Jadwal kereta, kalau tidak ada keadaan darurat, sangat tepat, batas toleransi tidak lebih dari 1-2 menit saja. Masih dari pengalaman di kantor pos yang sama, jadwal kerja mereka yang pukul 10, kira-kira 10-15 menit sebelumnya mereka sudah siap. Walaupun mereka sudah siap dan sudah banyak calon tamu yang menunggu di depan, namun pelayanan baru benar-benar dibuka jam 10 tepat.
Pernah juga waktu mau beli alat elektronik di Akihabara (pusat elektronik di Jepang), waktu itu jam 10 kurang 5 menit. Toko sudah mulai dibuka. Karena ada alat yang hendak dibeli, bertanyalah saya pada penjual. Apa jawabnya? Nanti saja, kami baru buka pelayanan jam 10 tepat. Kalau di Indonesia pasti sudah jadi penglaris.
Orang Jepang juga masih banyak yang tingkat kejujurannya tinggi. Saya pernah kehilangan dompet. Waktu itu pulang dari kampus menuju rumah, tanpa terasa dompet jatuh dan baru sadar begitu sampai di rumah. Terpaksa menyusuri lagi jalan dari rumah – kampus untuk mencari dompet tersebut yang akhirnya tidak ketemu. Pasrah. Kira-kira tiga jam setelah kejadian, ada telpon dari kantor polisi. Mereka bilang kalau dompet ditemukan oleh sesorang dan sekarang ada di kantor polisi. Luar biasa. Jadi teringat pengalaman beberapa orang teman yang mempunyai pengalaman serupa.
Menghormati orang lain atau orang yang lebih senior juga berlaku di Jepang. Di kendaraan umum, pasti disediakan tempat duduk khusus untuk orang-orang tua. Tidak perduli apapun statusnya, melihat orang yang lebih tua, biasanya mereka sangat hormat. Waktu mengikuti study tour di kampus, setelah acara selesai dan hendak keluar dari bus, satu per satu mahasiswa mengucapkan terima kasih kepada sang supir. Pernah juga waktu naik bus umum, ada satu orang ibu-ibu tua yang ketinggalan karena terlambat dari jadwal yang sudah ditentukan di halte bus. Waktu itu bus sudah separuh jalan dan terpaksa berhenti karena ibu itu sudah berusaha berlari-lari mengejar bus. Begitu masuk ke dalam bus, sang ibu minta maaf di depan bus kepada semua penumpang, sambil membungkukkan badan sampai separuh badan (ini cara bungkuk untuk meminta maaf)
Kota-kota di Jepang juga sangat bersih. Kesadaran masyarakat akan kebersihan sangat tinggi. Buang sampah pada tempatnya sesuai dengan tempat serta jadwal pembuangan yang telah ditentukan. Bukankah kebersihan sebagian dari iman? Sifat-sifat Islami orang Jepang ini sejatinya harus dimiliki oleh kaum muslim.
Ternyata cerita ulama dari Turki di awal tulisan ini banyak benarnya. Selain dari sekedar membungkuk, mereka juga punya banyak nilai-nilai Islami yang sungguh-sungguh dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau saja orang-orang Jepang memeluk agama Islam, maka boleh dibilang mereka akan menjadi contoh yang sangat baik bagi pemeluk Islam di dunia.
Bayangkan:?mereka sudah berbondong-bondong ke mesjid/mushola 5-10 menit sebelum adzhan berkumandang, pembayaran zakat akan sangat dipatuhi, alim ulama akan dihormati, mesjid akan sangat rapi dan bersih
Dengan sifatnya yang universal, mungkin agama Islam akan lebih mudah diterima oleh orang-orang Jepang. Dan pada prakteknya, sifat dan karakter orang Jepang lebih Islami daripada masyarakat muslim di Indonesia.
____________
Frans