Tulisan ini mencoba mengungkap kebenaran sistem waktu ALLAH SWT dan fenomena Isra’ Mi’raj yang diungkap dalam Al – Qur’an (kitab suci umat muslim) dan Al – Hadits (kumpulan sabda dan perilaku Nabi Muhammad SAW) menuru Teori Relativitas Khusus Einstein. Walaupun tulisan ini bernuansa religius tetapi karena didasarkan pada Teori Relativitas Khusus yang sudah terbukti kebenarannya, sehingga seharusnya tulisan ini dapat menjadi konsumsi masyarakat manapun juga.
Perjalanan Si Kembar
Salah satu di antara kandungan Teori Relativitas Khusus (TRK) yang diajukan Einstein adalah adanya fenomena dilatasi waktu,artinya selang waktu sebuah kejadian menurut pengamat yang bergerak dengan kecepatan v terhadap kejadian tersebut lebih lama daripada menurut pengamat yang diam terhadap kejadian tersebut. Sebagai contoh yang sering diangkat dalam soal-soal fisika di SMA adalah diberikan dua orang kembar A dan B yang berumur 30 tahun, kemudian B melakukan perjalanan meninggalkan A menuju ke sebuah planet menggunakan pesawat yang kecepatannya 0,6c selama 20 tahun menurut bumi (atau menurut A), sehingga umur B setelah sampai di planet tersebut menurut A adalah 50 tahun. Bagaimanakah umur B menurut B sendiri? Dalam peristiwa ini yang dimaksud dengan kejadian adalah perjalanan B. A merupakan pengamat yang diam terhadap bumi tetapi merupakan pengamat yang bergerak terhadap B dengan kecepatan - 0,6c , sedangkan B merupakan pengamat yang diam terhadap kejadian tersebut. Selang waktu kejadian (perjalanan B) menurut A adalah= 20 tahun, sedangkan selang waktu kejadian (perjalanan B) menurut B sendiri adalah 16 tahun ini tampak bahwa umur B menurut B sendiri adalah 30 + 16 = 46 tahun. Jadi umur B lebih muda daripada umur A. Apakah perbedaan umur ini hanya perbedaan sudut pandang saja antara A dan B, atau memang terjadi dengan sesungguhnya ? Jawabannya akan diberikan pada bagian berikut ini.
Perjalanan Muon
TRK sudah dapat membuktikan fenomena jatuhnya muon dari luar angkasa ke permukaan bumi. Muon adalah partikel yang dalam pergerakannya selalu memancarkan energi yang diambil dari massanya sendiri, sehingga lama kelamaan massa muon tersebut akan habis karena berubah menjadi energi. Menurut teori fisika klasik Newton, muon tidak akan pernah sampai ke permukaan bumi karena massanya telah habis sebelum sampai ke bumi, tetapi faktanya partikel-partikel muon selalu berjatuhan dari luar angkasa dan sampai ke bumi. Jadi teori Newton gagal menjelaskan fenomena ini, tidak demikian halnya dengan TRK. Menurut TRK, massa benda akan berbeda nilainya jika diamati oleh dua pengamat yang berbeda. Massa benda menurut pengamat yang bergerak dengan kecepatan v terhadap benda tersebut (m) akan lebih besar jika dibandingkan dengan massa benda menurut pengamat yang diam terhadap benda tersebut (m0), atau pengamat di bumi yang sedang mengamati muon yang sedang jatuh ke bumi merupakan pengamat yang bergerak terhadap muon tersebut dengan kecepatan –v dengan v adalah kecepatan muon terhadap bumi. Massa muon tersebut menurut pengamat yang ikut bergerak bersama muon merupakan m0 (massa ini merupakan massa asli yang dimiliki muon), sedangkan massa muon tersebut menurut pengamat di bumi adalah m, Jadi menurut pengamat di bumi, massa muon lebih besar daripada massa asli (massa diamnya), atau 0 m > m . Hal inilah yang menyebabkan muon dapat sampai ke permukaan bumi. Dari penjelasan ini tampak bahwa perubahan massa ini bukan sekedar perbedaan sudut pandang, tetapi memang terjadi dan terbukti kebenarannya.
Perjalanan Sel
Jika TRK dapat menjelaskan fenomena jatuhnya muon ke permukaan bumi tersebut, maka TRK juga dapat menjelaskan apakah perbedaan umur A dan B pada contoh di atas hanya sekedar perbedaan sudut pandang atau memang benar-benar terjadi, berikut ini merupakan penjelasan dari hal tersebut. Diberikan sebuah sel yang sedang aktif membelah, sel tersebut membelah setiap 10 detik sekali di bumi menurut pengamat di bumi. Sel tersebut kemudian dibawa terbang meninggalkan bumi menuju ke sebuah planet yang jaraknya 2,25 ´1010m dari bumi menggunakan pesawat yang kecepatannya 0,6c meninggalkan bumi. Berapakah banyaknya sel-sel yangterbentuk ketika pesawat tiba di planet tersebut?. Lamanya perjalanan pesawat menurut pengamat di bumi (pengamat yang bergerak dengan kecepatan –0,6c terhadap pesawat) Diketahui lamanya sel membelah di bumi menurut pengamat di bumi adalah 10 s sekali, dengan demikian lamanya sel membelah di pesawat menurut pengamat di pesawat (pengamat yang diam terhadap kejadian/terhadap terbangnya pesawat) juga 10 0 Dt = s sekali, Jadi banyaknya sel yang terbentuk selama perjalanan dan setelah pesawat sampai di planet tersebut adalah N = 2n = 210 = 1024 sel
Tampak bahwasanya jumlah sel yang sudah terbentuk di planet ini menurut pengamat di bumi adalah 1024 sel. Jika sel yang sama dibiarkan membelah di bumi selama 125 s menurut pengamat di bumi juga maka banyaknya pembelahan yang terjadi di bumi adalah N = 2n = 210 = 5792 sel
Dari penjelasan di atas tampak bahwa jumlah sel yang terbentuk di bumi lebih banyak daripada yang terbentuk di dalam perjalanan, dalam selang waktu yang sama (125 s) dan menurut pengamat yang sama (pengamat di bumi). Jika jumlah sel ini dikaitkan dengan umur makhluk hidup, maka sel yang sudah banyak terbentuk berarti umurnya lebih tua daripada sel yang masih sedikit terbentuk. Jadi umur B (yang melakukan perjalanan) menjadi lebih muda daripada umur A (yang tidak melakukan perjalanan) cocok dengan fenomena pembelahan sel ini. Umur B yang lebih muda bukan sekedar perbedaan sudut pandang, tetapi memang terjadi dengan sesungguhnya. Hal ini diperkuat lagi oleh beberapa literatur yang menyebutkan bahwa menurut TRK terjadi perlambatan pada jam-jam mekanik dan jam-jam biologis (jantung manusia) pada sistem yang melakukan perjalanan. Perlambatan jam-jam mekanik ini bukan dikarenakan kerusakan jam tersebut atau tidak canggihnya jam tersebut, tetapi karena dampak dari fenomena dilatasi waktu ini. Dari penjelasan di atas tampak dengan jelas kebenaran dan bukti dari TRK, dengan demikian TRK dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena sistem waktu ALLAH dan fenomena Isra’ Mi’raj.
Sistem Waktu ALLAH SWT
Menurut Al-Qur’an (kitab suci umat muslim) dan Al-Hadits (kumpulan sabda dan perilaku Nabi Muhammad SAW) disebutkan bahwa 1 hari di sisi ALLAH SWT sama dengan 1000 tahun di bumi. Hal ini berarti 1 hari di langit ke-1 sampai langit ke-7, di surga, di neraka dan di Sidratul-Muntaha sama dengan 1000 tahun di bumi, dengan kata lain 1 hari menurut sistem waktu ALLAH SWT sama dengan 1000 tahun di bumi. Pada penjelasan sebelumnya tampak bahwa perjalanan waktu pada sistem yang bergerak terhadap bumi selalu lebih lambat daripada perjalanan waktu di bumi.
Mengingat 1 hari dalam sistem waktu ALLAH SWT sama dengan 1000 tahun di bumi, maka dapat dikatakan bahwa sistem waktu ALLAH SWT berada di dalam kerangka yang bergerak menjauhi bumi. Sistem waktu ALLAH SWT berada di dalam kerangka yang bergerak meninggalkan bumi dengan kecepatan yang lebih cepat dari kecepatan cahaya. Demikianlah tafsiran TRK dalam hal sistem waktu ALLAH SWT yang lebih singkat daripada waktu di bumi.
Isra’ Mi’raj
Selanjutnya, untuk menjelaskan fenomena Isra’ Mi’raj dapat didasarkan pada sistem waktu ALLAH SWT di atas. Mengingat sistem waktu ALLAH SWT berada di dalam kerangka yang bergerak dengan kecepatan yang lebih dari c, maka kecepatan kendaraan (yaitu Buraq) yang ditumpangi oleh Nabi Muhammad SAW haruslah lebih besar dari kecepatan kerangka tersebut, hal ini diperlukan agar Buraq dapat mencapai kerangka yang menjadi tempat beradanya sistem waktu ALLAH SWT.
Jika dimisalkan Buraq memiliki kecepatan sebesar c juga, dengan mengingat lamanya perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam Isra’ Mi’raj menurut pengamat di bumi adalah sekitar 8 jam maka selang waktu perjalanan Nabi Muhammad SAW menurut beliau sendiri adalah 0 jam, artinya selama di dalam perjalanan, Nabi Muhammad SAW berada di dalam kerangka yang di dalamnya tidak ada perhitungan waktu. Beliau berada di dalam kerangka yang sistem waktunya berhenti. Hal ini menyebabkan beliau dapat melakukan perjalanan kemana saja dan sejauh apa pun tanpa menghabiskan waktu sedikit pun, karena beliau mengendarai Buraq yang kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya. Jadi sangatlah wajar jika perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Yerussalem kemudian ke Sidratul Muntaha (tempat pertemuan dengan ALLAH SWT) dilakukan hanya dalam waktu 8 jam menurut pengamat di bumi. Jadi fenomena Isra’ Mi’raj ini merupakan fenomena yang benar adanya mengingat dapat dijelaskan oleh TRK yang sudah terbukti kebenarannya.
Penutup
Tulisan ini hanya mencoba menafsirkan fenomena sistem waktu ALLAH SWT dan fenomena Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW menurut Teori Relativitas Khusus Einstein yang sudah terbukti kebenarannya. Penulis menyerahkan sepenuhnya segala macam penilaian menyangkut kebenaran dan kesalahan penjelasan ini kepada pembaca dan kepada ALLAH SWT, karena hanya ALLAH SWT sajalah yang mengetahui segala-galanya.
Sabtu, 18 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar