ATTENTION :
Semua entry di kategori "DEBAT AGAMA" adalah murni 100% copas dari blog nya Erianto anas, tanpa saya minta ijin dulu dari yang punya. Minta ijinnya belakangan ajah, soalnya dah ngebet pengen posting ,,, ^ ^...copas ini utuh tanpa ada pengurangan dan penambahan, dan juga skalian sama komen-komennya.
Yah, singkat kata,,siapain es batu buat ngompres kepala dan selamat baca.
Hati-hati, jangan terjebak membaca tulisan ini. Ini bukan tulisan ilmiah, bukan hasil penelitian. Tapi hanya sebuah omelan. Dan bagi yang merasa sebagai umat Islam yang fanatik, jangan membaca tulisan ini jika anda tidak siap mental. Saya tidak tanggung jawab jika adrenalin anda melonjak-lonjak dan putus dari salurannya.
Tulisan ini adalah respon emosional saya terhadap tulisan saya sebelumnya:
Umat Islam itu tidak Mulia!
Tulisan itu telah berhasil menjaring beberapa Kompasianer yang tergolong Islam Fanatik, calon yang berbakat menjadi teroris. Minimal teroris wacana di kompasiana.
Kenapa saya emosi?
Pertama:
Dalam tulisan itu saya sudah tegaskan pada para Kompasianer agar hati-hati membacanya, jangan digeneralisir. Tapi tetap saja mereka menuduh saya menggeneralisir kasus yang saya sorot menjadi pernyataan umum. Saya muak!
Kedua:
Mereka menyatakan bahwa umat beragama lain , baik di Indonesia apalagi di Negara lain, juga ada yang tidak mulia. Nah, apa hubungannya dengan agama lain? Wong yang saya tulis tentang umat Islam, kenapa ditarik-tarik ke umat beragama lain? Meskipun fakta akan hal itu ada, tapi itu sudah lain soal. Tidak ada hubungannya dengan tulisan saya. Jadi saya menilai, bisul fanatismeya benar-benar tidak bisa menerima introspeksi ke dalam diri sendiri. Islam memang nilai-nilai ajarannya terpuji. Saya juga mengakuinya. Tapi praktek yang dilakukan umatnya dalam realitas sosial tentu tidak otomatis. Ini yang tidak bisa mereka bedakan. Ngawur. Saya muak!
Ketiga:
Saya dinyatakan mereka tidak tahu tentang Islam, bahkan saya dituduh hanya ngaku-ngaku beragama Islam. Nah, ini lagi. Mereka pikir saya menulis dengan dengkul. Saya minta mereka menulis argumentasinya sehubungan dengan tulisan, agar saya bisa jawab sejauh pengetahuan saya tetang Islam. Tapi tetap saja yang mereka tulis hanya caci maki murahan. Benar-benar saya tidak habis pikir, apakah mereka punya otak atau tidak. Saya muak!
Dan masih ada hal-hal lain lagi dari komentar mereka yang bagi saya menunjukkan bahwa mereka benar-benar seorang muslim fantaik yang sangat memalukan bagi citra Islam itu sendiri. Dangkal dan kekanak-kanakan. Mendustai fakta. Memeluk angan-angan. Membela diri dengan puja-puji akan Islam. Padahal praktek yang tergambar pada dirinya, sama sekali tidak Islami. Saya muak!
Jika mereka masih ngotot seperti itu, dan merasa sudah begitu Islam, sudah begitu benar, sudah begitu suci, saya tidak akan basa-basi. Saya akan mengaminkan siapa saja yang tidak senang terhadap umat Islam seperti itu. Saya lebih tertarik dengan orang yang agamanya tidak jelas. Bahkan terhadap orang Atheis sekalipun. Tapi prilakunya tidak sebuas seperti muslim fanatik. Bagi saya muslim fanatik itu bukan seorang yang Islami. Tapi adalah musuh Islam dalam pengertian yang hakiki. Musuh dalam selimut yang mencoreng nilai-nilai hakiki dari kemuliaan ajaran Islam itu sendiri. Sebuah daerah kantong dalam kawasan nilai-nilai spiritualitas Islam. Mereka sekaligus bagi saya juga musuh semua agama. Musuh yang mencoreng nilai-nilai kegamaan secara umum. Merusak citra agama dimata dunia.
Demikianlah omelan ini saya tulis dengan sekasar-kasarnya.
Jujur saya tidak sendiri dalam menulis postingan ini. Tapi saya juga dibantu oleh setan yang menari-nari dalam diri saya. “Tuan Setan… terima kasih yah bantuannya”
Tanya Bung Erianto Anas,
Apakah dengan marah-marah begini apakah anda tidak termasuk orang yang juga mencoreng nilai-nilai Islam?
Tidak ada urusan. Saya bukan orang beriman. Saya sudah jelas orang sesat.
Calon penghuni neraka.
KOMENTAR-KOMENTAR :
muntahkan saja pada aku pada ibuku
atau ayahkuuuuuuuuu……
gak nyambung bin ngawur lagi yaaaa ? wkkwkwkw biarin aja deh
atau ayahkuuuuuuuuu……
gak nyambung bin ngawur lagi yaaaa ? wkkwkwkw biarin aja deh
Hehe… Mas Joko.
Menurut saya Anda termasuk Muslim Fanatik yang masih bisa dijinakan.
Menurut saya Anda termasuk Muslim Fanatik yang masih bisa dijinakan.
hihihi, gpp lah, semua orang pasti fanatik.
walah…. muncul lagi kata-kata PASTI.
Tapi gak apa-apa, Mas Joko kan Muslim Fanatik yang tidak begitu berbahaya.
Tapi gak apa-apa, Mas Joko kan Muslim Fanatik yang tidak begitu berbahaya.
saya hanya berpikir positif saja kepada orang lain, bahwa mereka punya keyakinan sehingga tidak plin-plan dan bingung dan tahu jalan untuk pulang ke rumah
Tulisan ‘Umat Islam Itu Tidak Mulia’ emang FAKTA. Saya salut dengan kritisi mas ernas.
melalui pertanyaan dan pernyataan mas ernas dan temen saya yang kayak mas ernas-lah, saya belajar banyak hal yang gak sekedar ngawang tentang agama. walopun mas ernas ngaku sesat, tapi menurut saya, itulah islam ideal, kritis, mau mencari kebenaran. setidaknya, untuk tulisan yang pernah saya baca.
posting lebih banyak lagi mas, kalo dapet jawaban ttg pertanyaan2 yang pernah mas tulis di tulisan sebelumnya, posting ya. mohon berbagi..
jempol 4 deh buat tulisan2nya (soalnya cuma punya 4).
melalui pertanyaan dan pernyataan mas ernas dan temen saya yang kayak mas ernas-lah, saya belajar banyak hal yang gak sekedar ngawang tentang agama. walopun mas ernas ngaku sesat, tapi menurut saya, itulah islam ideal, kritis, mau mencari kebenaran. setidaknya, untuk tulisan yang pernah saya baca.
posting lebih banyak lagi mas, kalo dapet jawaban ttg pertanyaan2 yang pernah mas tulis di tulisan sebelumnya, posting ya. mohon berbagi..
jempol 4 deh buat tulisan2nya (soalnya cuma punya 4).
Hahaha….. komentar anda merubah setan dalam dalam diri saya menjadi malaikat. hehe..
Makasi mas Arif!
Makasi mas Arif!
Marah-marah? Menurut saya nggak apa-apa, lebih baik diungkapkan daripada sudah pingin muntah tapi ditahan… Saya yang cuma baca aja eneg…
Cerdas… kritis… berani melawan arus… dan sgt elegan…
Tak banyak orang yg mampu menangkap pesannya.
Mksh, mas Anas.
Tak banyak orang yg mampu menangkap pesannya.
Mksh, mas Anas.
sama-sama mas Mario, makasi juga.
saya nikmati pengakuannya.
saya nikmati pengakuannya.
haduhhh…..baru kali ini aku baca tulisan seperti ini….aku berani ngomel2 kayak gini hanya di pikiranku saja….SIPP mas…lanjuttttt……..
Tentu mas Andy, setiap orang berhak punya pandangannya sendiri-sendiri. Itulah wujud demokrasi. Tapi yang menggunakan kebebasannya tapi merusak kestabilan publik tentu tdk dibenarkan atas nama HAM. Dan itulah yang menjadi sasaran kritik saya. Agar kebebasan bersama tidak dimonopoli oleh pihak2 dengan atas nama Islam (Tuhan)
biasa aja tho mas, kalo ada yg suka ya ndak nambahin apa2 ke anda, kalo pada jengkel sama tulisanmu ya ndak ngurang2in apa2 tho….yang penting nulis gitu aja, apa baru musim klarifikasi ya? hihi…sorry aku pengen bisa nulis, tapi ternyata bakatku cuma sebatas ngasi komen hehe…keep going…
mohon maaf teman2, tolong tidak perlu ditanggapi tulisan mas erianto ini dan tulisan dia lainnya, terus terang kita tidak tahu apa sebenarnya isi hati dan otak dia dari makna yang terkandung segala tulisan beliau, apakah itu bersifat kritik atau menjelek-jelekkan kayax makin menjadi-jadi nih mirip api yang disiram bensin, apinya makin membesar (setannya makin gembira tuh). Terus terang saya masih baru jadi member kompasianer tapi perasaan klo ada posting macam ini saya rasa kompasianer kurang sehat, untuk diketahui kita berlatar belakang pendidikan dan pemahaman agama yang berbeda, sekali lagi klo menulis yang bersifat sensitif apapun niatx harus lebih berhati2..
Mas Randi, saran saja dari “teman” baru, coba baca tulisan mas EA pelan-pelan dan tenang. Abaikan judulnya yang bikin mata merah……. Nanti bisa kelihatan apa yang hendak disampaikan.
Peace, salam kenal.
Peace, salam kenal.
Wuih….perang artikel sudah mulai….. diawali dengan pukulan “jab” ke muka masing-masing….. he..he…
Dosis obat ketinggian kali, jadi pada pusing
Dosis obat ketinggian kali, jadi pada pusing
Alex : tak perlu saya baca semua satu saja saya sudah mengerti maksud tulisan si EA, sekali lagi kita berasal dari tingkat pendidikan dan pemahaman agama yang berbeda, ok lah kalo ada sebagian yang merasa mengerti ini sebuah kritik mungkin karena tingkat pemahamannya sudah baik klo yang lain gimana? sekali lagi saya tidak mau berdebat ubtuk hal agama percuma karena kita pasti menyakini bahwa agama kita masing-masing yang benar, tapi berdiskusi dengan sesama pemeluk agama yang sama itu yang diinginkan oleh agama yang saya anut (muslim) alasannya… karena kita dari awal sudah berbeda toh.. pasti tidak akan ketemu titik temunya wong “bukunya” berbeda… buat saudaraku erianto anas apapun tulisan anda saya masi menerka-nerka isi hati dan tingkat kecerdasan anda….
Yo jelas namanya aja alex.. pasti suka dengan banyolan kaya gini… kan yang diomongin bukan agamanya…
kecenderungan orang yg fanatik dengan agama/kepercayaannya akan berkata bahwa agama dan kepercayaannyalah yang benar dengan sikap mudah menghakimi orang lain yang berbeda agama/kepercayaan bahkan dengan orang yang pendapatnya berseberangan dalam suatu kelompok internal.
yang aneh, adalah orang2 yang fanatik ini kadang tak tahu apa dasar mereka untuk memiliki sifat fanatik ini, entah kenapa semangat mereka sangat membara meski pemahamannya hanya dipermukaan saja.
Satu hal lagi, kecenderungan orang fanatik ini adalah ingin orang lain diluar agama/kepercayaan mereka mengikuti agama/kepercayaan mereka.
Tapi bagaimana orang lain mau mengikut mereka, perilaku mereka saja kadang tidak sesuai dengan kebenaran yang mereka percayai, ini bisa dilihat dari sikap, perkataan, kesaksian hidup, perilaku yang mereka jalani.
Bahkan, ilmu (pengetahuan) mereka tentang agama yang mereka percayai tidak sesuai dengan sikap hidup sehari-hari. Praktek keagamaannya mereka pun hanya dipermukaan saja, hanya sekitar ritual-ritual ibadah atau konsep-konsep agama yang hanya mampir di otak tapi tak menyentuh ke hati.
Fanatik, tapi tak sesuai dengan ajaran yang dianutnya, yang akhirnya adalah MUNAFIK.
yang aneh, adalah orang2 yang fanatik ini kadang tak tahu apa dasar mereka untuk memiliki sifat fanatik ini, entah kenapa semangat mereka sangat membara meski pemahamannya hanya dipermukaan saja.
Satu hal lagi, kecenderungan orang fanatik ini adalah ingin orang lain diluar agama/kepercayaan mereka mengikuti agama/kepercayaan mereka.
Tapi bagaimana orang lain mau mengikut mereka, perilaku mereka saja kadang tidak sesuai dengan kebenaran yang mereka percayai, ini bisa dilihat dari sikap, perkataan, kesaksian hidup, perilaku yang mereka jalani.
Bahkan, ilmu (pengetahuan) mereka tentang agama yang mereka percayai tidak sesuai dengan sikap hidup sehari-hari. Praktek keagamaannya mereka pun hanya dipermukaan saja, hanya sekitar ritual-ritual ibadah atau konsep-konsep agama yang hanya mampir di otak tapi tak menyentuh ke hati.
Fanatik, tapi tak sesuai dengan ajaran yang dianutnya, yang akhirnya adalah MUNAFIK.
Betul2 cerdas bang EA. Baripada debat kusir di artikel sebelumnya lebih baik buat artikel untuk menjelaskan dan ketahuan yang pada ngamuk2 nggak bisa bales komen lagi.
pandangan saya kekisruhan di artikel sebelumnya mencerminkan ternyata orang Indonesia belum siap berDEMOKRASI, tapi apakah kita harus menyerah? tentu tidak. dengan artikel2 seperti bang EA sebenarnyalah kita bisa belajar berdemokrasi.
pandangan saya kekisruhan di artikel sebelumnya mencerminkan ternyata orang Indonesia belum siap berDEMOKRASI, tapi apakah kita harus menyerah? tentu tidak. dengan artikel2 seperti bang EA sebenarnyalah kita bisa belajar berdemokrasi.
Andy : mengenai urusan fanatik tidak cuma berlaku satu agama tapi semuanya… kebetulan saja anda berada di negara mayoritas penduduk muslim. Saya belum bisa menjamin seandainya anda tinggal di negara yang mayoritas penduduk agama yang anda anut (misalnya : keyakinan anda berbeda dengan saya) memiliki tolerasi yang tinggi. Pointnya adalah sebenarnya tugas kita masing2 mengingatkan teman2 yang berkeyakinan yang sama untuk meluruskan hal yang berlebihan tersebut (fanatik), diusahakan jangan menyinggung umat lainnya. OK…
Randi, emang siapa yang bilang fanatik itu berlaku di satu agama? anda malah tak membaca link yang saya berikan..
saya menangkap kalau anda orang yang cepat tersinggung dan menilai sesuatu tanpa membaca baik2……
anda juga seorang “pembela” yang baik padahal anda belum dalam memaknai sebuah tulisan….
harusnya, kita bisa mencoba sedikit merendahkan hati untuk bisa berbagi tanpa harus dimulai dengan sikap curiga terlebih dahulu.
Yang dibahas kan masalh fanatik, bukan masalah mayoritas dan minoritas bro…
saya menangkap kalau anda orang yang cepat tersinggung dan menilai sesuatu tanpa membaca baik2……
anda juga seorang “pembela” yang baik padahal anda belum dalam memaknai sebuah tulisan….
harusnya, kita bisa mencoba sedikit merendahkan hati untuk bisa berbagi tanpa harus dimulai dengan sikap curiga terlebih dahulu.
Yang dibahas kan masalh fanatik, bukan masalah mayoritas dan minoritas bro…
@andy
mungkin tujuan anda baik, tetapi tempatnya kurang tepat..:)
mungkin tujuan anda baik, tetapi tempatnya kurang tepat..:)
mungkin agak menyimpang.. tapi umumnya fanatik di kalangan mayoritas yang sering bermasalah toh klo minoritas mah pasti adem2 saja kan?… saya tidak mencoba “membela diri” tapi meluruskan saja… plisss jangan menjelek2kan keyakinan lain…. marilah kita saling bertenggang rasa klo ada kesalahan mohon dimaafkan… kita berdiskusi dalam tataran berbangsa bukan dalam hal keyakinan masing2…. buatlah suasana yang damai ditengah kesusahan bangsa ini. OK…
“plisss jangan menjelek2kan keyakinan lain…”
—————
mas, siapa yang menjelek-jelekan agama orang lain?
kenapa anda menyimpulkan begitu?
maaf, anda mengaku baru masuk di Kompasiana meski selama ini mengamati, tapi pernahkah anda mengamati seluruh tulisan tentang agama di Kompasiana ini? mas Iqbal diatas menjadi saksi..
maksudku, pesan anda bagus untuk saling bertenggang ras…karena itulah maka aku bawa pesan tengang rasa…
tapi anda selalu langsung memberi “kesimpulan” tentang sesuatu….
kita memang harus saling menghormati….kita wujudkan itu…..
—————
mas, siapa yang menjelek-jelekan agama orang lain?
kenapa anda menyimpulkan begitu?
maaf, anda mengaku baru masuk di Kompasiana meski selama ini mengamati, tapi pernahkah anda mengamati seluruh tulisan tentang agama di Kompasiana ini? mas Iqbal diatas menjadi saksi..
maksudku, pesan anda bagus untuk saling bertenggang ras…karena itulah maka aku bawa pesan tengang rasa…
tapi anda selalu langsung memberi “kesimpulan” tentang sesuatu….
kita memang harus saling menghormati….kita wujudkan itu…..
“plisss jangan menjelek2kan keyakinan lain…”
—————
mas, siapa yang menjelek-jelekan agama orang lain?
kenapa anda menyimpulkan begitu?
maaf, anda mengaku baru masuk di Kompasiana meski selama ini mengamati, tapi pernahkah anda mengamati seluruh tulisan tentang agama di Kompasiana ini? mas Iqbal diatas menjadi saksi..
maksudku, pesan anda bagus untuk saling bertenggang ras…karena itulah maka aku bawa pesan tengang rasa…
tapi anda selalu langsung memberi “kesimpulan” tentang sesuatu….
kita memang harus saling menghormati….kita wujudkan itu…..
—————
mas, siapa yang menjelek-jelekan agama orang lain?
kenapa anda menyimpulkan begitu?
maaf, anda mengaku baru masuk di Kompasiana meski selama ini mengamati, tapi pernahkah anda mengamati seluruh tulisan tentang agama di Kompasiana ini? mas Iqbal diatas menjadi saksi..
maksudku, pesan anda bagus untuk saling bertenggang ras…karena itulah maka aku bawa pesan tengang rasa…
tapi anda selalu langsung memberi “kesimpulan” tentang sesuatu….
kita memang harus saling menghormati….kita wujudkan itu…..
Randi: saya kok bingung yang sensitif itu yang mana? lalu menurut anda tulisan mas EA yang menyinggung perasaan umat islam bagian yang mana?
agama saya islam tapi kok saya tidak tersinggung? apa saya salah?,
agama saya islam tapi kok saya tidak tersinggung? apa saya salah?,
wuri:sori ternyata anda muslim yah… dari tadi saya ungkapkan tulisan mas EA ini memiliki makna yang terirat khusunya kritikan bagi yang fanatik (nabi juga g setuju yang fanatik loh) tapi dalam penulisannya diperlukan kehati2an… kan IQ dan EQ masing2 kita berbeda… begitu loh mbak….
hmmm…. saya paham maksud anda, berarti menurut anda masyarakat kita belum siap berdemokrasi karena tingkat kecerdasannya berbeda-beda, Betul begitu?
salam kenal tapi jangan panggil mbak ya..heheheh
salam kenal tapi jangan panggil mbak ya..heheheh
@ wuri
maaf OOT, iya..karena demokrasinya gontok-gontokan
maaf OOT, iya..karena demokrasinya gontok-gontokan
bukannya blom siap tapi masi butuh proses…. teman… salam kenal jg.
Kalau mas EA yg seiman saja muak apalagi saya yg tidak seiman, wuahhhh muak sekali. Makanya saya berharap otokritik mas EA ini bisa bikin si islam fanatik cooling down, eh ternyata malah nambah temperatur, hehehe.. Tapi saya yakin bahwa yg temperaturnya nambah ini hanya segelintir, yg sadar jauh lebih-lebih banyak. So, teruskan, menyadarkan teman adalah ibadah.
yaaa…ketahuan…
hehehe… ketahuan “belang” saya ya ? Nggak pernah lihat sebelumnya sih. Tapi masak rasa muak mau ditelan sih mas iqbal? Yg satu “saliro bagindo” saja dimnuntahkan kok, apalagi yg punya “saliro gudeg’ kaya saya ini.
hehehe…, aduh…aduh…
maaf…, bukan bermaksud menyinggung siapapun, tapi tulisan ini aja udah ditinggalin sama mas EA karena saking muaknya dia g balas komen2 yg ada lg di tulisan ini….
eh…, tulisannya malah tetep rame sama yang lainnya yg bales2an ngomen….
aduh…, mas EA terlalu sadis ni membuat tulisan karena mampu memikat byk orang…
saya bukan siapa2…, tp hanya ingin berbagi bahwa akan lebih baik bila kita ngeintropeksi diri sendiri sblum mengeintropeksi org lain…
mari sama2 bersikap lebih tenang dan dewasa….dalam menyikapi apapun….tetaplah menulis selama kita meyakini yang kita tulis itu bermanfaat bg orang lain….
sekali lg mohon maaf tidak ada sedikitpun maksud menyinggung siapapun…., hanya hati ini tergerak untuk ikut memberikan komentar…
semoga bermanfaat
maaf…, bukan bermaksud menyinggung siapapun, tapi tulisan ini aja udah ditinggalin sama mas EA karena saking muaknya dia g balas komen2 yg ada lg di tulisan ini….
eh…, tulisannya malah tetep rame sama yang lainnya yg bales2an ngomen….
aduh…, mas EA terlalu sadis ni membuat tulisan karena mampu memikat byk orang…
saya bukan siapa2…, tp hanya ingin berbagi bahwa akan lebih baik bila kita ngeintropeksi diri sendiri sblum mengeintropeksi org lain…
mari sama2 bersikap lebih tenang dan dewasa….dalam menyikapi apapun….tetaplah menulis selama kita meyakini yang kita tulis itu bermanfaat bg orang lain….
sekali lg mohon maaf tidak ada sedikitpun maksud menyinggung siapapun…., hanya hati ini tergerak untuk ikut memberikan komentar…
semoga bermanfaat
Yang tidak boleh itu sempit fanatik
Wuri: ok lah kita berdiskusi sehat demokrasi dalam hubungannya demokrasi beragama asal jangan menyinggung masalah sensitif toh khususnya mengenai akidah agama masing2… sekali lagi tingkat pemahaman kita berbeda-beda… masalah kecerdasan itu subyektif…
1 komentar:
Saya setuju!
Saya islam radikal yg penuh polusi
Saya cinta islam
Tapi saya belum muslim
Posting Komentar