Kamis, 03 Maret 2011

GIE

Diposting oleh re di 10.30
Soe Hok Gie terlahir dari keluarga Tionghoa dengan strata ekonomi menengah di Jakarta. Gie adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah. Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius, yang merupakan salah satu sekolah dengan populasi siswa Tionghoa yang cukup besar. Ia adalah seorang anak yang berpendirian teguh dalam memegang prinsip dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya. Sejak usia 15 tahun, Gie yang duduk di bangku SMP sudah mulai menuliskan kesehariannya dalam sebuah buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran dan film ini terinspirasi dari karya tersebut.
Sejak di bangku sekolah, Gie telah memiliki pemikiran yang kritis. Jika terdapat hal yang tidak berkenan dan salah menurut pandangannya, ia akan mengkritiknya. Ia berani mengoreksi gurunya yang menyatakan bahwa Chairil Anwar adalah pengarang prosa “Pulanglah Dia Si Anak Hilang”. Gie yakin pengarangnya adalah Andre Gide, seorang sastrawan yang bukunya telah dibacanya dan Chairil adalah penerjemah. Gurunya tetap bersikeras akan pendapatnya. Tidak ada yang mengalah dan Gie dipaksa mengulang kelas tersebut. Dan hal itu kembali diprotesnya.

Masa remaja dan kuliah Gie dijalani di bawah rezim pelopor kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan konflik antara militer dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Gie dan teman-temannya bersikeras bahwa mereka tidak memihak golongan mana pun. Gie mengetahui tentang ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kekuasaan, korupsi di bawah pemerintahan Soekarno dan dengan tegas bersuara melalui kritikan-kritikan tajam di media. Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang mereka dengan mendaki gunung dan menikmati alam Indonesia dengan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI. Selain itu, mereka juga gemar menonton dan menganalisa film, serta menikmati kesenian tradisional.
Situasi politik saat itu membuat mahasiswa terbagi atas berbagai kelompok yang saling bentrok. Pada bulan September 1965, terjadi peristiwa G-30 S sebagai puncak pertentangan antara pihak militer dan PKI. Peristiwa ini ditandai dengan demonstrasi besar-besaran, jatuhnya rezim Soekarno, dan pembubaran PKI yang diikuti pembantaian massal yang menimbulkan korban hingga lebih dari satu juta orang.
Tan Tjin Han, teman kecil Gie, sangat mengagumi keuletan dan keberanian Soe Hok Gie, namun dirinya sendiri tidak memiliki semangat pejuang yang sama. Saat keduanya dipertemukan kembali, Gie menemukan bahwa Tan telah terlibat dalam PKI. Dia pun mendesak Tan untuk meninggalkan segala ikatan dengan PKI, tetapi Tan menolaknya.

Gie semakin kritis kepada pemerintah yang mulai bertindak sewenang-wenang menaikkan harga. Hatinya miris melihat rakyat yang mengantre demi mendapatkan kebutuhan pokok. Opininya yang mengkritisi kebijakan pemerintah dimuat di koran-koran terkemuka. Gie pun melihat teman seperjuangannya mulai melupakan idealismenya. Mereka menduduki bangku parlemen dan menikmati fasilitas yang sangat bertolak belakang dengan keadaan masyarakat kecil yang memprihatinkan. Gie pun mulai menarik diri dari teman-temannya.

Gie sangat kecewa karena ia merasa teman-temannya telah mengkhianati idealismenya. Dia adalah satu di antara mahasiswa yang turut berdemonstrasi menuntut pengunduran diri Soekarno, tetapi setelah Soekarno tidak lagi berkuasa dan digantikan Soeharto, teman-temannya justru ikut bergabung dalam perpolitikan nasional. Akan tetapi, Gie tetap kritis dan menyampaikannya melalui tulisannya di media massa. Pada tanggal 16 Desember 1969, Gie menghirup gas beracun di puncak Semeru. Sehari menjelang usianya ke 27 tahun, Soe Hok Gie meninggal dunia.
 

BIG BLOG OF HOAX Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez